Pegobatan Peru Kuno Lubangi Tengkorak kepala untuk Selamatkan Nyawanya

8:47 AM

Sekitar  2.000 tahun yang lalu para ahli pegobatan megikus tengkorak kepala pasien nya  yang retak untuk meyelamat kan hidupnya, banyak tengkorak bagian atas pasien yang retak, berhasil disingkirkan tanpa bantuan anestesi modern maupun teknik steril.

Ribuan tahun lalu, para ahli bedah melakukan trepanasi pada pasien-pasien di Eropa awal dan Pasifik Selatan. Trepanasi bahkan masih dipraktekkan di Afrika Timur hingga tahun 1990-an. Tetapi, prosedur tersebut mencapai puncaknya di Peru pada abad ke 14-16 Masehi, dilihat dari banyaknya jumlah tengkorak dengan bekas-bekas trepanasi yang ditemukan di daerah tersebut.

“Itu karena bangsa Peru saling melemparkan batu atau mengayunkan tongkat ketika perang. Hal-hal tersebut dapat menyebabkan retak pada tengkorak kepala,” ujar antropolog fisik John Verano dari Tulane University.

Ahli bedah Peru melakukan prosedur dramatis semacam trepanasi bukan tanpa alasan. Pada masa itu, trepanasi dilakukan untuk membersihkan tengkorak yang retak akibat terkena pukulan atau lemparan batu. Fragmen-fragmen tengkorak yang retak bisa saja mati dan tak lagi dapat berkembang. Para ahli bedah telah belajar dari pengalaman-pengalaman mereka, bahwa teknik trepanasi dapat menyelamatkan nyawa pasien.

Ada banyak saraf di kulit kepala kita. Jika Anda mencoba mengikis kulit kepala dengan menggunakan pisau atau silet, tentu hal itu akan menyakitkan. Akan tetapi, tengkorak kepala memiliki sangat sedikit saraf.

“Jadi jika ada ahli bedah yang mengatakan pada Anda, ‘Kami akan mengikis tengkorak Anda dan itu sama sekali tidak menyakitkan’, maka dia mengatakan hal yang sebenarnya,” tukas Verano.

Teknik trepanasi bukannya tanpa resiko. Dalam beberapa kesempatan, ahli-ahli bedah modern dari Barat telah mencoba teknik tersebut, namun seringkali pasien gagal diselamatkan akibat infeksi setelah operasi.

Menurut Verano, hal tersebut dikarenakan dokter modern hanya mencuci peralatan operasi dan menggunakannya kembali pada pasien lain. Selain itu, operasi juga dilakukan di rumah sakit. Di tempat itu, banyak orang mengalami infeksi bahkan jika dalam kondisi terbaiknya.

“Pada waktu lampau, di Peru tidak ada rumah sakit. Orang-orang mungkin dioperasi di ruang terbuka, dan mungkin menggunakan peralatan yang tak digunakan berkali-kali. Itulah sebabnya resiko infeksi menjadi lebih rendah,” jelasnya.

Selama beberapa dekade, Verano bersama rekan-rekannya memang telah meneliti tentang trepanasi pada lebih dari 800 tengkorak yang mengalami praktek tersebut. Ia menuangkan pandangannya tentang trepanasi dalam sebuah buku berjudul Holes in the Head: The Art and Archaeology of Trepanation in Ancient Peru.

Dengan mempelajari praktek trepanasi pada masa lampau, kita memang tak bisa melakukan teknik operasi serupa karena peralatan medis telah banyak berubah.

“Kita dapat mengesampingkan pikiran bahwa trepanasi merupakan praktek primitif, tetapi yang lebih penting ialah memahami bagaimana orang-orang terdahulu melakukan tindakan medis hingga mencapai prestasi luar biasa dalam hal tingkat kelangsungan hidup yang tinggi,” pungkas Verano.

Sumber
Previous
Next Post »
0 Komentar